[CHAPTER 3] The Maiden Who Travels The Planet


Untuk Chapter 2 silahkan baca disini


Bagian 3

Aerith tidak tahu sudah berapa lama waktu yang berjalan di kehidupan manusia. Apakah hanya berselang beberapa hari sejak ia bertemu Jessie dan yang lainnya?

Aerith khawatir jika rencana mereka tidak bisa terwujud. Dengan penasaran, ia melanjutkan perjalanannya menuju dunia bawah, menuju dalamnya Lifestream di luasnya energi Mako yang membentang.

Ia melihat sesosok bayangan lagi, dan ketika itu terjadi ia menahan nafasnya.

Sebuah tabung baja melingkar di pangkuan gadis muda. Ketika Aerith melihatnya lebih dekat, ternyata baja tersebut terpasang di lengan kiri, seperti yang Barret miliki di lengan kanannya. Aerith memastikan bahwa ia telah melarikan diri dari Midgar bersama ibu angkatnya, Elmyra. Perasaan Aerith campur aduk ketika ia mengira bahwa ada Marlene ada dalam bayangan itu.

“Marlene!”

Aerith mencoba menyentuh bayangan itu. Tampak muncul sosok pria dengan senjata berenergi Mako yang menjadi satu dengan salah satu lengannya. Seperti senjata milik Barret, namun senjata milik pria ini lebih mengerikan jika dilihat secara fisik karena memancarkan cahaya merah menyala.

“Kau…”

“Seorang wanita… Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Kau tahu nama Marlene.”

“Ya, kita memang belum pernah bertemu sebelumnya, Mr. Dyne.”

Pria itu adalah Dyne, walikota dari Corel Prison, sebuah tempat di tengah luasnya gurun pasir. Ia merupakan teman dekat Barret. Sejak Shinra meluluhlantakkan kampung halamannya, ia menghilang dan mengira kejadian yang ia alami tidak masuk akal, dan kemudian membantai banyak orang karena trauma tersebut. 

“Ah, begitu. Kau perempuan yang bersama Barret waktu itu. Kau disini dan apa itu berarti kau juga mati? Hah, konyol.”

Tidak percaya dengan apa yang ia lihat, Dyne tertawa. “Aku tidak pernah mengira setelah membunuh banyak orang, aku ingin mengakhiri hidupku dan tak tahunya bertemu denganmu disini. Dunia ini penuh dengan hal yang tidak masuk akal. Betapa membosankannya Planet ini. Harusnya mereka semua hancur saja.”

“Apa hanya itu yang ingin kau katakan?”

Aerith berdiri tepat di depan sosok kontras Dyne. Ia lalu mengerutkan dahinya.

“Meskipun kau sangat peduli dengan Marlene.”

“Siapa peduli? Hey, kau-“

“Aku Aerith” “Heheh… Lumayan juga kau. Hanya lengan kiri ini yang tersisa dari masa lalu. Baiklah, Aku akan memanggilmu dengan namamu. Kau juga dengar apa yang ku katakan pada saat itu, kan? Ketika bersama Barret, ketika ku coba untuk menghancurkan sekeliling, aku akan membawa Marlene bersama ku juga.”

“Tidak, kau bohong. Kau hanya menggertak.”

“Bagaimana aku bisa berbohong di tempat ini? Aku terus berpikir apa yang telah ku katakan saat itu. Kemudian aku melawan Barret dan mulai sadar ketika aku sekarat.”

Dyne kemudian tertawa terbahak-bahak karena mengingat apa yang sudah ia perbuat dengan lengan kanannya. “Aku akan berterimakasih pada Barret karena aku sudah menghancurkan setiap ‘hal’ yang ingin aku hancurkan. Pada awal semua terjadi, aku tidak ingin menyia-nyiakan nyawaku, jadi aku menghabiskan waktu dengan membantai orang-orang tidak berguna yang takut akan tempat tinggal buangan dan membuat mereka bahagia.”

“….”

“Apa kau lihat, Aerith? Sebelum kau datang, aku hanya jiwa rusak yang bahkan Planet pun tidak mau menerimaku. Eleanor, istriku juga telah kembali ke Planet, maka dari itu aku menitipkan dan mempercayakan Marlene pada Barret. Sekarang apapun yang terjadi pada Planet tidak ada hubungannya denganku.”

Melihat Aerith hanya terdiam, Dyne tertawa lagi untuk mencoba membuat wanita kecil itu frustasi. Kemudia Dyne menyadari kalau semua itu tidak lucu dan Aerith bahkan tidak sudi bertatap mata langsung dengan Dyne. Sesaat setelah Dyne tahu kalau yang ia perbuat hanya sia-sia, mata indah hijau Aerith memancarkan tatapan penuh kasihan seolah-olah mengatakan kalau Dyne hanya orang yang payah.

“…Kau memang pengecut.”

“Apa yang kau bilang?”

“Ku katakan sekali lagi. Kau memang pengecut. Kau tidak punya keberanian untuk kembali dan mengakhirinya. Kau hanya terjatuh dalam lubang yang sama pada kesalahan yang sama pula.”

Saat ketika Aerith mulai menatap Dyne, Aerith melangkah maju kearahnya. Karena merasa tertekan dengan mata yang penuh tekat Aerith, Dyne menyembunyikan wajahnya di balik senjata di lengannya dan secara tidak sadar juga melangkah mundur.

“Barret juga merubah salah satu lengannya menjadi senjata. Ia mengatakan kalau ia akan menghancurkan Shinra dengan perasaan penuh penyesalan dan kebencian. Oleh karena itu kenapa lengannya penuh dengan noda darah banyak orang. Tapi ia tidak pernah menyerah. Disamping semua penderitaannya, saat ini ia benar-benar mencoba untuk menyelamatkan Planet. Ia mencoba untuk melindungi dunia dimana Marlene tinggal tanpa melarikan diri dari kenyataan yang ia alami.”

“…Menjadi orang sok seperti dia hanya terlihat seperti orang kuat tapi tolol.”

“Apa Barret spesial dan kau orang yang berbeda dengannya?”

Dyne terdiam melongo mendengar pertanyaan Aerith. Ia mulai kebingungan dengan banyaknya hal yang ia benci… Ia kebingungan sampai ia lupa dengan dirinya sendiri, tapi tatapan langsung Aerith membuat ia di kelilingi amarah. Keyakinan dan hatinya mulai goyah.

“Bau darah busuk yang melekat pada lengan kiri ku sudah menjadi satu dengan jiwa ini. Apa kau buta? Merekalah yang membuatku menjadi seperti sekarang. Kalau aku kembali, tetap saja aku akan diseret kembali oleh mereka.”

Kabut merah di sekeliling senjata Dyne tiba-tiba berubah menjadi seperti butiran-butiran partikel. Empat tahun sejak Corel Town hancur, ia tidak peduli dengan segala sesuatu yang penuh dengan tetesan darah yang ia perbuat dengan lengan kiri metalnya. Seperti dosa yang telah terkunci dan yang telah membuat Dyne menyerah.

“Bagaimana caranya agar aku mengakhirinya? Apapun yang ku lakukan tetap saja. Apapun yang dapat ku lakukan tetap saja aku telah tenggelam pada kemarahan! Apa aku salah?”

“Kau salah besar.”

Aerith tidak menggunakan kekerasan malah ia menghampiri Dyne tanpa ragu. Dengan mengulurkan tangannya, ia menyentuh darah yang ada pada senjata Dyne. “Darah korban yang telah kau teteskan pasti akan menimbulkan rasa bersalah waktu kau kembali ke Lifestream. Kau memang tidak dapat melupakan apa yang telah kau perbuat, namun tidak ada alasan kenapa kau tidak bisa mengakhirinya. Aku jamin itu.”

“….”

Darah yang ada pada senjata Dyne yang Aerith sentuh seketika mengering dan perlahan menghilang. Kemudian disusul lengan kiri Dyne yang mulai memudar.

“…Akankah aku dapat diterima Planet suatu saat nanti?”

“Aku yakin Planet akan menerima mu.”

“Ketika Marlene mati kelak dan tiba disini, akankah aku dapat bertemu dengannya juga…?”

Aerith menatap wajah Dyne dan mengangguk tersenyum.

“Karena kau dapat mengakhirinya, maka semua akan baik-baik saja.”

Raut wajah Dyne kemudian berubah, berbeda jauh dengan yang Aerith temui saat di Corel Prison. Wajah itu adalah wajah yang bangga dan mencintai keluarga dan kota tempat ia tinggal melebihi apapun.

Dia tidak dapat kembali ke masa-masa damai sebelum tragedi Corel menimpa dirinya. Dyne dan Aerith tahu itu. Meskipun demikian, hati seseorang dapat dibangun kembali. Mereka dapat berdiri dan menghadapi kenangan pahit yang telah mereka hadapi.

“Apa yang bisa ku lakukan di lautan energi Mako ini? Tidak, ada yang harus ku lakukan… aku akan memikirkan dan menyesali tindakan ku selama ini hingga suatu saat aku dapat di terima Planet.

“Ya, aku rasa itu ide yang bijak.”

“Aerith, maaf telah kelakuan ku terhadapmu selama ini. Aku senang bertemu denganmu.”

“Ya, tidak masalah. Aku pun tidak terlalu memikirkan itu.”

“Hatimu memang keras seperti batu…. Hahahaha”

Untuk pertama kalinya Aerith melihat Dyne tersenyum dari lubuk hatinya, bayangan ia mulai memudar dan akhirnya menghilang.

“Setelah bertemu denganmu, akhirnya aku dapat bertemu Marlene dan Barret tanpa rasa malu. Ijinkan aku mengucapkan terima kasih padamu….”

Segera setelah bayangannya hilang, Aerith melihatnya…. Aerith melihat partikel-partikel Mako berkumpul dan mengarah pada tempat bayangan Dyne menghilang. Tiba-tiba suara Dyne kembali terdengar.

“Eleanor?”

Aerith tersenyum dan kemudian berbalik melanjutkan perjalanannya.

Chapter 4 silahkan baca disini

[CHAPTER 3] The Maiden Who Travels The Planet [CHAPTER 3] The Maiden Who Travels The Planet Reviewed by iqbalSP on 00:59 Rating: 5

No comments:

Advertise